Akidah juga ertinya janji, ertinya kita memegang janji kepada Allah. Ketika akidah kita luntur, bererti janji kita kepada Allah turut luntur, tidak kita tunaikan. Orang yang telah mengingkari janjinya kepada Allah maka Allah pun tidak bertanggung jawab kepada dia dihari kiamat nanti. Jadi ketika seseorang memegang akidah, maka bererti dia memegang teguh janjinya kepada Allah untuk tidak mensyirikkan Dia dengan sesuatu. Untuk tidak menyembah, untuk tidak mengakui kekuatan, meyakini apa saja selain Allah.
Sumber-sumber akidah tidak lain adalah Alquranul Karim. Karena kita tidak tahu siapa Allah, kalau tidak melalui kitabullah. Kita tidak mengenal tentang diri kita kalau tidak
melalui Kitabullah. Jadi sumber akidah yang pertama adalah Al Quran. Karena Al Quran menerangkan segala-galanya tentang Allah, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Kiamat, dan lain-lain.
Jadi kalau berbicara tentang akidah, mutlak harus merujuk kepada Al Quran, jangan merujuk kepada Aristoteles, Al-Hallaj, Ibnu Rusjd dan seterusnya, itu bukan Akidah. Jangan merujuk kepada “kata si A, kata si B”. Kalau berbicara tentang akidah, rujukannya hanya qalallahu ta’ala, Firman Allah Ta’ala. Sumber lain selain Al quran adalah As sunah, karena ia adalah wahyu Allah kepada Rasul.
Keimanan Kepada Allah
Jika kita mengetahui bahwa dasar dari seluruh akidah adalah iman kepada Allah, maka kewajiban kita sekarang, adalah mengetahui bahwa tauhidullah (mengesakan Allah) adalah inti dari iman kepada-Nya. Tidak adanya tauhid yang benar akan mengakibatkan kekafiran, kemusyrikan, kepalsuan, kezhaliman yang besar dan kesesatan yang nyata akan keimanan kepada Allah.
Di Dalam Al qur’an surah Al Baqarah ayat 177 (ertinya): ”... bukanlah kebaikan itu kamu mengarahkan mukamu ke timur dan ke barat, tapi kebaikan itu adalah siapa yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat,…”
Di dalam surat Annisa ayat 136 (ertinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, … Barangsiapa yang kufur kepada Allah … maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya“.
Rukun iman yang kedua, iman kepada Malaikat:
Allah berhak untuk menciptakan Malaikat. Malaikat ini adalah makhluk dalam jenis tertentu yang diciptakan oleh Allah, tidak punya jasad dan tugasnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak pernah durhaka atau maksiat. Yang suka melaksanakan maksiat itu adalah jin dan manusia. Makanya yang mengisi neraka itu juga banyaknya jin dan manusia. “Malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah atas segala perintah dan mereka hanya mengerjakan apa yang diperintahkan.” Setiap majlis yang diisi Al quran, maka di situ penuh sesak Malaikat ikut mendengarkan, mereka diperintah oleh Allah agar mendoakan kita.
Jadi ketika kita meminta, Malaikat mengaminkan permintaan kita. Ketika meminta sesuatu agar dijauhkan, mereka meminta dijauhkan apa yang tidak disukai. Makanya majlis taklim suka disebut majlis yang mulia. Beza dengan majlis formal atau majlis pesta-pesta yang tidak dibaca Al quran, apalagi pertemuan yang mempertontonkan aurat perempuan, bukan Malaikat yang ada di situ, tapi yang ada di situ adalah syaitan (manusia) dan jin.
Dalam surat Al Baqarah ayat 97 yang artinya “Katakanlah : “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan Al Qur’an ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman“.
Jadi intipatinya Allah mewajibkan kita untuk beriman kepada malaikat.
Yang ketiga, iman kepada kitab-kitab Allah.
Allah juga berkehendak untuk menurunkan kitab-kitab-Nya. Baik kepada ummat sebelum kita maupun kepada kita sekarang. Allah juga yang memberitakan bahwa kitab-kitab yang sebelumnya itu ada yang namanya Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud, kemudian ada lembaran-lembaran kitab, namanya shuhuf, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Tidak ada kitab lain selain yang disebutkan di sini. Jadi kalau ada ummat beragama lain punya kitab, jangan bilang ahlul kitab, itu bukan kitab yang diturunkan oleh Allah. Taurat, Injil, Zabur, itulah kitab. Jadi tidak ada yang dikatakan kitab Allah selain yang empat ini. Allah juga memberikan informasi kepada kita bahwa tiga kitab yang diturunkan sebelum Al qur’an sudah dirosak, dikotori oleh ummat-ummat sebelum mereka menyimpangkan, merosak kitab Allah dari yang aslinya. Mereka menulis kitab suci dengan tangan mereka sendiri. Tidak sesuai dengan yang diwahyukan Allah kepada mereka.
Keempat, iman kepada Rasul.
Kita disuruh beriman kepada Rasul-rasul. Kita disuruh beriman kepada Nabi Musa, kepada Nabi Isa, Nabi Ibrahim dan dua puluh lima Rasul-rasul yang ada. Jangan disalah fahami. Ketika kita disuruh beriman kepada Rasul-rasul, bukan mengakui agama di luar Islam, kita disuruh beriman kepada Nabi Musa, bukan disuruh mengakui agama Yahudi. Agama Yahudi agama kekafiran, tidak boleh diakui. Kita disuruh beriman kepada Isa, tidak boleh mengakui Kristian. Karena itu kekafiran. Kita disuruh beriman kepada Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah.
Keimanan kepada Nabi Isa sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kristian. Bahkan keimanan kepada Nabi Isa konsekuensinya harus benci kepada Nashara. Nabi Isa as datang membawa Injil. Adapun keyakinan orang Nasrani tentang Tuhan yang tiga, tidak pernah diajarkan oleh Nabi Isa. Jadi kita hanya beriman kepada Nabi Isa dan kepada Injil yang diturunkan kepadanya, bukan beriman kepada agama Nasrani. Kita percaya kepada Nabi Musa, yakin kepada Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa, bukan percaya dan mau menerima agama Yahudi.
Kelima beriman kepada hari kiamat
Al-Quran surat al-Taubah (9) ayat 8 :
Ertinya :
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al Taubah ayat 8)
Dengan demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada hari akhir. Menurut Prof.Quraisy Syihab keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. keimanan kepada Allah menuntut adanya amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan adanya keimanan tentang adanya hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. Untuk memperkuat argumennya, beliau menyatakan bahwa kata “yaumul akhir” saja terulang 24 kali, disamping kata "akhirat” terulang 115 kali dalam Al-Quran. Selain itu Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari akhirat, dengan nama-nama yang unik, misalnya “al-Zalzalah”, “al-Qari’ah”, an-Naba’, al-Qiyamah”. Istilah-istilah (yang menjadi nama surat Al-Quran) itu mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi oleh manusia pada saat itu, dengan tujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhirat, karena manusia akan bertemu Allah, dan manusia pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari akhirat.
Disamping terdapat banyak hadis Rasulullah SAW yang selalu mengkaitkan kesolehan sosial seseorang dengan kemantapan iman kepada Allah dan hari akhir.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ (رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Ertinya :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Keenam beriman dengan Al-Qada' & Al-Qadar
Al-Qada’ dan al-Qadar merupakan rukun Iman keenam sebagaiman sabda Nabi s.a.w apabila ditanya Jibril a.s berkenaan Iman:
أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره
Maksudnya: “Hendaklah kamu percaya kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari Akhirat, dan beriman pula dengan Qadar (ketentuan) baik dan buruk”.[al-Bukhari, Muslim].
Beriman bahawa Allah s.w.t mengetahui semua yang akan berlaku sebelum ianya berlaku sebagaimana firman Allah s.w.t dalam surah al-Baqarah ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Maksudnya:
“dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.
Firman Allah s.w.t:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Maksudnya: “Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. dan Dia lah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu Yang mengandung). dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi amat meliputi pengetahuanNya”. [Luqman: 34]
firman Allah s.w.t:
وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Maksudnya: “dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata”. [Yasin: 12]
Berkata Ibn Kasir r.h: “Semua perkara yang berlaku telah pun ditulis (sebelum berlakunya) dalam kitab yang dibentang dan ditetapkan dalam Lauh Mahfuz dan maksud Imam Mubin dalam ayat ini adalah Ibu Kitab” [Ibn Kasir, 6/568]
Sabda Rasulullah s.a.w:
“كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وعرشه على الماء”
Maksudnya: “Allah s.w.t telah menulis takdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”. [Muslim].
Mudah-mudahan, kita dapat mengkokohkan akidah yang sempurna dan terhindar dari kemusyrikan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Sumber-sumber akidah tidak lain adalah Alquranul Karim. Karena kita tidak tahu siapa Allah, kalau tidak melalui kitabullah. Kita tidak mengenal tentang diri kita kalau tidak
melalui Kitabullah. Jadi sumber akidah yang pertama adalah Al Quran. Karena Al Quran menerangkan segala-galanya tentang Allah, Rasul, Malaikat, Kitab, Hari Kiamat, dan lain-lain.
Jadi kalau berbicara tentang akidah, mutlak harus merujuk kepada Al Quran, jangan merujuk kepada Aristoteles, Al-Hallaj, Ibnu Rusjd dan seterusnya, itu bukan Akidah. Jangan merujuk kepada “kata si A, kata si B”. Kalau berbicara tentang akidah, rujukannya hanya qalallahu ta’ala, Firman Allah Ta’ala. Sumber lain selain Al quran adalah As sunah, karena ia adalah wahyu Allah kepada Rasul.
Keimanan Kepada Allah
Jika kita mengetahui bahwa dasar dari seluruh akidah adalah iman kepada Allah, maka kewajiban kita sekarang, adalah mengetahui bahwa tauhidullah (mengesakan Allah) adalah inti dari iman kepada-Nya. Tidak adanya tauhid yang benar akan mengakibatkan kekafiran, kemusyrikan, kepalsuan, kezhaliman yang besar dan kesesatan yang nyata akan keimanan kepada Allah.
Di Dalam Al qur’an surah Al Baqarah ayat 177 (ertinya): ”... bukanlah kebaikan itu kamu mengarahkan mukamu ke timur dan ke barat, tapi kebaikan itu adalah siapa yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat,…”
Di dalam surat Annisa ayat 136 (ertinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, … Barangsiapa yang kufur kepada Allah … maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya“.
Rukun iman yang kedua, iman kepada Malaikat:
Allah berhak untuk menciptakan Malaikat. Malaikat ini adalah makhluk dalam jenis tertentu yang diciptakan oleh Allah, tidak punya jasad dan tugasnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Tidak pernah durhaka atau maksiat. Yang suka melaksanakan maksiat itu adalah jin dan manusia. Makanya yang mengisi neraka itu juga banyaknya jin dan manusia. “Malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah atas segala perintah dan mereka hanya mengerjakan apa yang diperintahkan.” Setiap majlis yang diisi Al quran, maka di situ penuh sesak Malaikat ikut mendengarkan, mereka diperintah oleh Allah agar mendoakan kita.
Jadi ketika kita meminta, Malaikat mengaminkan permintaan kita. Ketika meminta sesuatu agar dijauhkan, mereka meminta dijauhkan apa yang tidak disukai. Makanya majlis taklim suka disebut majlis yang mulia. Beza dengan majlis formal atau majlis pesta-pesta yang tidak dibaca Al quran, apalagi pertemuan yang mempertontonkan aurat perempuan, bukan Malaikat yang ada di situ, tapi yang ada di situ adalah syaitan (manusia) dan jin.
Dalam surat Al Baqarah ayat 97 yang artinya “Katakanlah : “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan Al Qur’an ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman“.
Jadi intipatinya Allah mewajibkan kita untuk beriman kepada malaikat.
Yang ketiga, iman kepada kitab-kitab Allah.
Allah juga berkehendak untuk menurunkan kitab-kitab-Nya. Baik kepada ummat sebelum kita maupun kepada kita sekarang. Allah juga yang memberitakan bahwa kitab-kitab yang sebelumnya itu ada yang namanya Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud, kemudian ada lembaran-lembaran kitab, namanya shuhuf, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Tidak ada kitab lain selain yang disebutkan di sini. Jadi kalau ada ummat beragama lain punya kitab, jangan bilang ahlul kitab, itu bukan kitab yang diturunkan oleh Allah. Taurat, Injil, Zabur, itulah kitab. Jadi tidak ada yang dikatakan kitab Allah selain yang empat ini. Allah juga memberikan informasi kepada kita bahwa tiga kitab yang diturunkan sebelum Al qur’an sudah dirosak, dikotori oleh ummat-ummat sebelum mereka menyimpangkan, merosak kitab Allah dari yang aslinya. Mereka menulis kitab suci dengan tangan mereka sendiri. Tidak sesuai dengan yang diwahyukan Allah kepada mereka.
Keempat, iman kepada Rasul.
Kita disuruh beriman kepada Rasul-rasul. Kita disuruh beriman kepada Nabi Musa, kepada Nabi Isa, Nabi Ibrahim dan dua puluh lima Rasul-rasul yang ada. Jangan disalah fahami. Ketika kita disuruh beriman kepada Rasul-rasul, bukan mengakui agama di luar Islam, kita disuruh beriman kepada Nabi Musa, bukan disuruh mengakui agama Yahudi. Agama Yahudi agama kekafiran, tidak boleh diakui. Kita disuruh beriman kepada Isa, tidak boleh mengakui Kristian. Karena itu kekafiran. Kita disuruh beriman kepada Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah.
Keimanan kepada Nabi Isa sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kristian. Bahkan keimanan kepada Nabi Isa konsekuensinya harus benci kepada Nashara. Nabi Isa as datang membawa Injil. Adapun keyakinan orang Nasrani tentang Tuhan yang tiga, tidak pernah diajarkan oleh Nabi Isa. Jadi kita hanya beriman kepada Nabi Isa dan kepada Injil yang diturunkan kepadanya, bukan beriman kepada agama Nasrani. Kita percaya kepada Nabi Musa, yakin kepada Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa, bukan percaya dan mau menerima agama Yahudi.
Kelima beriman kepada hari kiamat
Al-Quran surat al-Taubah (9) ayat 8 :
Ertinya :
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al Taubah ayat 8)
Dengan demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada hari akhir. Menurut Prof.Quraisy Syihab keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. keimanan kepada Allah menuntut adanya amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan adanya keimanan tentang adanya hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. Untuk memperkuat argumennya, beliau menyatakan bahwa kata “yaumul akhir” saja terulang 24 kali, disamping kata "akhirat” terulang 115 kali dalam Al-Quran. Selain itu Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari akhirat, dengan nama-nama yang unik, misalnya “al-Zalzalah”, “al-Qari’ah”, an-Naba’, al-Qiyamah”. Istilah-istilah (yang menjadi nama surat Al-Quran) itu mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi oleh manusia pada saat itu, dengan tujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhirat, karena manusia akan bertemu Allah, dan manusia pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari akhirat.
Disamping terdapat banyak hadis Rasulullah SAW yang selalu mengkaitkan kesolehan sosial seseorang dengan kemantapan iman kepada Allah dan hari akhir.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ (رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Ertinya :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Keenam beriman dengan Al-Qada' & Al-Qadar
Al-Qada’ dan al-Qadar merupakan rukun Iman keenam sebagaiman sabda Nabi s.a.w apabila ditanya Jibril a.s berkenaan Iman:
أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره
Maksudnya: “Hendaklah kamu percaya kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari Akhirat, dan beriman pula dengan Qadar (ketentuan) baik dan buruk”.[al-Bukhari, Muslim].
Beriman bahawa Allah s.w.t mengetahui semua yang akan berlaku sebelum ianya berlaku sebagaimana firman Allah s.w.t dalam surah al-Baqarah ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Maksudnya:
“dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.
Firman Allah s.w.t:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Maksudnya: “Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. dan Dia lah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu Yang mengandung). dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi amat meliputi pengetahuanNya”. [Luqman: 34]
firman Allah s.w.t:
وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Maksudnya: “dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata”. [Yasin: 12]
Berkata Ibn Kasir r.h: “Semua perkara yang berlaku telah pun ditulis (sebelum berlakunya) dalam kitab yang dibentang dan ditetapkan dalam Lauh Mahfuz dan maksud Imam Mubin dalam ayat ini adalah Ibu Kitab” [Ibn Kasir, 6/568]
Sabda Rasulullah s.a.w:
“كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وعرشه على الماء”
Maksudnya: “Allah s.w.t telah menulis takdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”. [Muslim].
Mudah-mudahan, kita dapat mengkokohkan akidah yang sempurna dan terhindar dari kemusyrikan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
No comments:
Post a Comment